PKS Kota Bima

PKS Kota Bima
Menang Pemilu 2024

Rabu, 15 Februari 2023

Masih Perlukah Berpositive Thinking Dalam Mewujudkan Keinginan?



Oleh:
Muhammad Fajar Meisutomo

 (Gen Z, Sekbid Hukum & Kebijakan Publik DPD PKS Kota Bima)

Sering mendengarkan kata-kata ini di seminar motivasi Multi Level Marketing atau yang lebih akrab di telinga kita MLM? Contoh kata-kata optimis:“harus positif thinking, tidak boleh pesimis” , “dulu saya miskin, tapi karena modal optimis saya menjadi kaya”, “Optimis optimis optimis, sukses sukses sukses, kaya kaya kaya”, “Pesimis mengundang kesialan, sedangkan optimis mengundang kesuksesan” ,“Aku biisa aku pasti biisa” yang terakhir lirik lagu iklan susu anak. Sedangkan contoh kata sebaliknya (negative thinking) seperti “Ah nggak mau coba, palingan entar gagal lagi”, “aku malas belajar, palingan ujung-ujungnya nyontek juga”, “Enggak mungkin bisa” dll.

Semua kalimat berjenis Positive Thinking di atas mewakili para pembaca banget ya? “Ya! Aku si Optimis, si paling Positive Thingking!”. 

Tapi apakah pada kenyataannya sebenarnya selalu berpikir positif bisa menjadi solusi dari seluruh permasalahan hidup agar menjadi baik dan dapat mengusir kesialan seperti motivasi-motivasi di atas atau sejenisnya? Atau malah kebalikannya dan jauh dari pikiran positif yang kita yakini selama ini.
Pada penelitian Ilmu Psikologi terbaru Positive thinking cendrung lebih sering berujung pada hasil yang buruk. Gabriele Oettingen menerangkan pada artikelnya “The Problem With Positive Thingking” di The New York Times menerangkan bahwa hanya berpikiran positif malahan acapkali menghalangi banyak orang dalam mencapai kesuksesan. Dalam sejumlah percobaan yang telah dilakukan, mereka (peserta) yang kerap kali mempraktikkan Positive Thinking untuk meraih kesuksesan dalam mewujudkan keinginannya  sering kali berujung pada kegagalan atau lebih buruk, karena Positive Thinking mengelabui pikiran mereka, mereka menghayal seakan telah berada pada posisi kesuksesan mewujudkan keinginannya. sehingga membuat mereka para peserta yang menerapkan pikiran positif malas atau mengabaikan bagaimana cara berusaha menghadapi hambatan-hambatan yang ada dalam proses meraih kesuksesan.

“Berarti pesimis (negative thinking) lebih baik dari Positive Thinking dong? Lebih realistis gitu loh”, tidak juga begitu ya, sama saja. Terlalu pesimis juga menghalangi sesorang dalam mencoba atau memulai sesuatu untuk mewujudkan keinginannya.
Lanjut membahas artikel “The Problem With Positive Thinking”, Gabriele Oettingen memberi solusi yang lebih baik dari positive thinking yaitu mengkolaborasikan positive thinking menghayalkan keinginan kita telah menjadi nyata dengan memikirkan hambatan-hambatan apa saja yang mungkin akan menghalangi kita dalam mewujudkan keinginan kita. Cara ini Gabriele Oettingen dan rekannya menyebutnya “mental contrasting”.

Penelitian mereka memberikan hasil kelompok peserta percobaan yang mempraktikan “mental contrasting” dapat mewujudkan keinginan mereka dibandingkan dengan kelompok peserta yang hanya mengandalkan positive thinking saja atau negative thinking.

Jadi, sangat wajar apabila sering kali hidup tidak berjalan seperti apa yang direncanakan, jika terus memaksakan diri ber-positive thinking, dikhawatirkan kita akan terjebak dalam toxic positivity untuk menghindari emosi negatif (sedih, marah, kecewa) padahal emosi negatif dibutuhkan agar tubuh dan pikiran beradaptasi mengenali dan mengingat situasi tersebut, sehingga tubuh kita dapat mempersiapkan semua hal untuk situasi yang serupa yang akan datang dan menjaga diri lebih baik lagi.

Dan kita tidak perlu memaksakan diri berpikir bahwa semuanya akan berjalan seperti lirik lagu Bondan Prakoso “cause everythings gona be okay”, manusia tempatnya salah dan kegagalan yang berarti hal itu adalah manusiawi. Malah dari salah dan kegagalan tersebut kita dapat mengevaluasi agar dapat menjadi lebih baik lagi ke depannya. “Mental Contrasting” dapat menjadi solusi untuk para pembaca dalam proses awal memulai sebuah langkah mewujudkan keinginan para pembaca, karena jika penghambat-penghambat dalam proses telah dipersiapkan bagaimana cara menghadapinya, maka minimal kita tidak akan syok dan dapat melanjutkan proses mewujudkan keinginan kita.

akhir kata dari saya penulis, semoga para pembaca dimudahkan dalam mewujudkan kesuksesannya masing-masing, aamiin.

Rujukan:

Manampring, Henry.2018.FILOSOFI TERAS : Filsafat Yunani-Romawi Kuno Untuk Mental Tangguh Masa Kini.Jakarta:PT Kompas Media Nusantara

https://www.nytimes.com/2014/10/26/opinion/sunday/the-problem-with-positive-thinking.html
https://www.alodokter.com/mengenal-lebih-jauh-tentang-toxic-positivity


 




 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar