Praktik politik Indonesia saat ini sudah cukup tergambarkan oleh pendapat Harold D. Lasswel yaitu Politik adalah soal siapa mendapatkan apa, kapan, dan bagaimana caranya dalam bukunya yang berjudul Who Gets What, When, How.
Sudah jelas suara kita anak muda yang sekitar 190 juta ini sangat menggiurkan dan tentunya akan diperebutkan untuk mendapatkan kemenangan (kekuasaan) pada kontestasi Pemilu 2024 nanti melalui sosial media. Nampaknya memang hal ini sudah dimulai dan saya memprediksi akan semakin terlihat dipertengahan tahun 2023 ini. Maka dari itu anak muda jangan lagi hanya menjadi Objek melainkan harus menjadi Subjek.
Kita anak muda sering kali dengan mudah terseret dalam permainan, kita dirayu oleh tiap kubu pendukung calon untuk percaya diri menunjukan identitas sebagai pendukung yang kita sebut saja misalnya calon A, kemudian terperdaya untuk tidak malu-malu menjatuhkan calon B (begitupun sebaliknya). Tanpa sadar kita anak muda sering dimanfaatkan dan hanya ikut-ikutan pasang badan menjadi pasukan berani mati untuk calon A atau calon B, tanpa tahu dengan jelas bahwa calon yang akan kita dukung membawa kepentingan apa, track recordnya bagaimana, apakah baik untuk kita atau tidak. Mestinya semua itu harus kita anak muda perhatikan.
Dan ruwetnya (baca: tidak sehat) perpolitikan di Indonesia menambah suasana banyaknya Pemuda yang apatis (hanya ikut-ikutan saja mendukung, netral, atau golput) pada perpolitikan. Padahal ditengah kemudahan dan percepatan laju pertukaran informasi yang memang menjadi bagian hidup anak muda. Harusnya anak dapat menentukan keberpihakannya melalui proses pengumpulan informasi dan kritis menganalisa informasi yang sudah dikumpulkan serta dipadukan berdasarkan sudut pandang setiap calon. Lalu kemudian analisa tersebut diekstrak dalam bentuk menentukan pilihan, sehingga menjadikan kita anak muda tidak hanya ikut-ikutan dan fanatik, tetapi juga jelas keberpihakan arahnya ke mana.
Kita sudah memasuki tahun politik 2023 dan sebentar lagi 2024. Anak muda haruslah berani keluar dari zona nyaman, pelajari pengetahuan politik dan sejarahnya tidak hanya di Indonesia, melainkan juga dunia. Agar kita sebagai anak muda pada saat menentuka pilihan calon A ataukah calon B dapat lebih dalam dan tajam dalam proses menganalasa apakah arah keberpihakan mereka (partai dan calonnya) hanya pada mereka saja atau kita dan Indonesia yang lebih baik.
Penulis,
Muhammad Fajar Meisutomo
(Gen Z, Sekertaris Bidang Hukum & Kebijakan Publik DPD PKS Kota Bima)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar